Ikhwan Ash-Shafa’

Kisah Ikhwan Ash-Shafa’
Ikhwan Ash-Shafa’
Identitas Ikhwan Ash-Shafa’
Ikhwan Ash-Shafa’ muncul setelah wafatnya Al-Farabi. Kelompok ini berhasil menghimpun pemikirannya dalam sebuah ensiklopedi tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dikenal dengan Rasail Ikhwan Ash-Shafa. Identitas pemuka mereka tidak jelas karena mereka memang merahasiakan diri. Sebagai sebuah kelompok rahasia, Ikhwan Ash-Shafa’ merekrut anggota baru melalui hubungan perseorangan dan dilakukan oleh orang-orang terpercaya.

Ikhwan Ash-Shafa’ (Persaudaraan Suci) adalah nama kelompok pemikir Islam yang bergerak secara rahasia dari sekte Syi’ah Ismailiyah yang lahir pada abad ke-4 H (10 M) di Basrah. Kelompok ini juga menamakan dirinya Khulan Al-Wafa’, Ahl Al-Adl, dan Abna’ Al-Hamd. Salah satu ajaran Ikhwan Ash-Shafa’ adalah paham taqiyah (menyembunyikan keyakinan).
Paham ini disebabkan basis kegiatannya berada di tengah-tengah masyarakat Sunni yang notabene adalah lawan ideologi dari Ikhwan Ash-Shafa’ (Syi’ah). Kerahasiaan kelompok ini juga disebabkan oleh dukungan mereka terhadap paham mu’tazilah yang telah dihapuskan dari mazhab negara oleh khalifah Abbasiyah Al-Mutawakkil (sekte Sunni). Kaum rasionalis dicopot dari jabatan pemerintahan dan diusir dari Baghdad.

Menurut As-Sijistani (w. 391 H/1000 M), para pemuka mereka adalah Abu Sulaiman Al-Busti (terkenal dengan gelar Al-Muqaddas), Abu Al-Hasan Az-Zanjani, Abu Ahmad An-Nahrajuri (alias Al-Mihrajani), Abu Al-Hasan Al-Aufi, dan Zaid bin Rita’ah. Kalangan Syi’ah, terutama kalangan Syi’ah Ismailiyah mengklaim Ikhwan Ash-Shafa’ adalah kelompok dari kalangan mereka. Walaupun identitas mereka tidak jelas, dari risalah ensiklopedis yang mereka hasilkan, menurut Abu Hayyan At-Tauhidi (w. 414/1023) dan data internal dalam risalah mereka, dapat disimpulkan bahwa mereka berasal dari masa antara tahun 347 H/958 M sampai tahun 373 H/983 M atau dari perempat ketiga abad ke-4 H. Pusat kegiatan mereka di Kota Basrah, tetapi di Baghdad juga terdapat cabang dari kelompok rahasia itu.

Pemikiran mereka layak dikaji karena lebih dari sekedar kajian artifisial. Penyebutan mereka sebagai Orang-orang yang tertidur dalam gua Adam sebagaimana dalam kitabnya Rasa’il yang diambil dari Al-Qur’an dan Tujuh Orang Yang Tertidur dalam legenda Ephesus, mencerminkan misteri identitas mereka. Pengaruh gagasan Plato, Aristoteles dan terutama Plotinus ada dalam filsafat Ikhwan.

Sumber-sumber Arab menyebutkan nama masing-masing secara berbeda-beda, mungkin hal ini merupakan tindakan kerahasiaan yang mereka upayakan sehingga hanya sedikit sekali yang kita ketahui tentang kehidupan mereka pada zaman sekarang. Laksana perkemahan kekasih yang telah ditinggalkan dalam syair Arab kuno, jejak-jejak perjalanan mereka meredup dan tinggal bayang-bayang (Netton, 1982:1).

Jemaah Ikhwan Ash-Shafa’ terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) Al-Ikhwan al-Abrar al-Ruhama (para saudara yang baik dan dikasihi), berusia dari 15 sampai 29 tahun, (2) Al-Ikhwan al-Akhyar al-Fudala’ (para saudara yang terbaik dan utama), berusia 30 sampai 39 tahun, (3) Al-Ikhwan al-Fudala’ al-Kiram (para saudara yang utama dan mulia), berusia 40 sampai 49 tahun, dan (4) kelompok yang berusia 50 tahun ke atas, kelompok elite yang hatinya telah terbuka dan menyaksikan kebenaran dengan mata hati.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 


Download

Baca Juga
1. Karya Filsafat Ikhwan Ash-Shafa’
2. Ikhwan Ash-Shafa’. Pemikiran Filsafat
3. Ikhwan Ash-Shafa’. Filsafat Alam
4. Ikhwan Ash-Shafa’. Filsafat dan Angka
5. Ikhwan Ash-Shafa’. Manusia dan Jiwa
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Ikhwan Ash-Shafa’"