Al-Kindi. Tentang Alam

Tentang Alam Al-Kindi
Al-Kindi
Dalam sistem Aristoteles, alam terbatas oleh ruang, tetapi tidak terbatas oleh waktu karena gerak alam seabadi Penggerak Tak Tergerakkan (Unmovable Mover). Dalam pemikiran Islam, keabadian alam ditolak karena Islam berpendirian bahwa alam diciptakan. Dalam menghadapi masalah ini filsuf Muslim mencoba mencari pemecahan yang sesuai dengan agama. Oleh karena itu, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dituduh sebagai ateis karena sependapat dengan Aristoteles; mereka berpendapat bahwa alam ini kekal.

Berbeda dengan para filsuf besar penggantinya, Al-Kindi menyatakan alam ini tidak kekal. Ia memberikan pemecahan yang radikal, dengan membahas gagasan tentang ketakterhinggaan secara matematik. Benda-benda fisik terdiri atas materi dan bentuk serta bergerak di dalam ruang dan waktu. Dengan demikian, materi, bentuk, ruang, dan waktu merupakan unsur dari setiap fisik. Wujud, yang begitu erat kaitannya dengan fisik, waktu dan ruang, adalah terbatas, karena mereka tidak akan ada, kecuali dalam keterbatasan. Waktu bukanlah gerak, melainkan bilangan pengukur gerak karena waktu adalah yang dahulu dan kemudian. Bilangan terdiri atas dua macam: tersendiri dan berkesinambungan. Waktu bukanlah bilangan tersendiri, melainkan berkesinambungan. Oleh karena itu, waktu dapat ditentukan, yang berproses dari dahulu hingga kelak. Dengan kata lain, waktu merupakan jumlah yang dahulu dan yang berikut. waktu adalah berkesinambungan. Waktu adalah bagian dari pengetahuan tentang kuantitas. Ruang, gerak, dan waktu adalah kuantitas. Pengetahuan tentang ketiganya ini dan dua lainnya, adalah penting untuk mengetahui kualitas dan kuantitas. Sebagaimana disebutkan di atas, orang yang tidak mengetahui kuantitas dan kualitas, tidak mengetahui yang pertama dan yang kedua. Kualitas adalah kapasitas untuk menjadi sama dan tidak sama, sedangkan kuantitas adalah kapasitas untuk menjadi sejajar dan tidak sejajar. Oleh karena itu, tiga gagasan tentang kesejajaran, kelebihbesaran, dan kelebihkecilan menjadi asas dalam memaparkan konsepsi tentang keterbatasan dan ketakterbatasan Al-Kindi.

Kepintaran dan kehebatan Al-Kindi dalam menggali alam ini, dalam tulisan Felik dijelaskan karena ia tidak hanya suka mempelajari metafisika, tetapi juga matematika dan ilmu kealaman. Secara lengkap sebagai berikut: Selain metafisika, Al-Kindi juga tertarik pada matematika dan ilmu-ilmu kealaman. Usahanya untuk mengkaji seluruh spektrum ensiklopedis ilmu membuktikan dirinya sebagai pengikut Aristoteles yang sebenarnya. Bahkan, dalam hal kecenderungan kukuhnya pada matematika ia melampaui Aristoteles. Ia menulis sebuah risalah berjudul That Philosophy Can not be Acquired except with a Knowledge of Mathematics. Kegemarannya pada matematika juga ditandaskan dalam risalahnya Risalah Fi Hudud Al-Asyya’. Sebagian besar definisi diungkapkan dengan cara ganda: secara fisis (min Jihat at-thab) dan secara matematis (min jihat at-ta’lim). Dalam bidang matematis, ia menunjukkan otoritas terbaiknya sebagai guru.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 

Download

Baca Juga
1. Al-Kindi. Riwayat Hidup
2. Al-Kindi. Karya Filsafat
3. Al-Kindi. Pemikiran Filsafat
4. Al-Kindi. Filsafat Ketuhanan
5. Al-Kindi. Filsafat Jiwa
6. Arah dan Pembagian Filsafat Al-Kindi
7. Al-Kindi. Tentang Roh dan Akal 
8. Al-Kindi. Tuhan Yang Maha Esa Menjadi Topik Utama
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Al-Kindi. Tentang Alam"