Mulla Sadra. Pemikiran dan Karya

Pemikiran dan Karya Mulla Sadra
Mulla Sadra
Mulla Sadra banyak menulis. Akan tetapi, berbeda dengan cendekiawan Persia lain pada masanya, karya yang dihasilkannya hampir seluruhnya dalam bahasa Arab. Di antara karyanya dalam bahasa Persia ialah Tafsir-e-ayeh-e-nur (Tafsir Surah an-Nur).

Secara keseluruhan, karya Mulla Sadra dapat dibagi atas dua kelompok. Pertama, kelompok karya komentar, yaitu komentar terhadap Hikmah al-Isyraqi (Kebijaksanaan Iluminasi) karya Syekh Syihabuddin as-Suharwardi, terhadap al-Hidayah fi al-Hikmah (Petunjuk Kebijakan) karya Atsiruddin al-Akhbari, dan terhadap asy-Syifa (Pengobatan) karya Ibnu Sina dalam bidang filsafat. Kedua, kelompok karya orisinal. Tidak semua karya orisinalnya sampai kepada kita. Di antara yang sampai adalah al-Mabda’ wa al-Ma’ad (Awal dan Akhir), asy-Syawahid ar-Rububiyyah (Kesaksian-Kesaksian Ilahiah), al-Masya’ir (Perasaan-Perasaan Hidup), Mafatih al-Gaib (Kunci-Kunci ke Alam Gaib), Asrar al-Ayat (Rahasia-Rahasia Ayat), dan al-Hikmah al-Muta’aliyyah fi al-Asfar al-‘Aqliyyah al-Arba’ah (Kebijakan Tinggi mengenai Empat Tahap Perjalanan Akal).

Karya yang terakhir ini adalah opus magnum (karya besar)-nya karena merupakan dasar bagi risalah pendeknya dan risalah-risalah lain pasca-Ibnu Sina. Pada karya ini digambarkan perkembangan spiritual yang dialami pengembara mistis sambil menekankan keseimbangan antara derajat prestasi spiritual dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah SWT di bumi, yang berarti menekankan pula kewajiban seorang sufi terhadap masyarakatnya. Perkembangan pengembaraan itu digambarkan dalam empat tingkat. Tingkat pertama, pengembaraan dari diri dan dunianya menuju Allah SWT. Tingkat kedua, pengembaraan dari sifat Allah SWT menuju hakikat-Nya. Tingkat ketiga, pengembaraan dari Allah SWT menuju diri dan dunianya sendiri. Adapun tingkat keempat adalah pengembaraan dari manusia kepada manusia dalam wujud persembahan tatanan moral dan spiritual yang lain.

Karyanya, al-Masya’ir, telah diterjemahkan oleh Henri Corbin (1903-1978), seorang orientalis yang banyak mencurahkan perhatiannya terhadap filsafat dan sufi Syiah Ismailiah, ke bahasa Prancis dengan judul Le Livre des penetrations metaphisiques. Penerjemahan itu menjadikan Mulla Sadra dikenal di Barat.

Karya-karya Mulla Sadra sendiri telah banyak dikomentari dan dijadikan rujukan utama. Namanya sering disandingkan dengan nama-nama terkemuka seperti Ibnu Sina, Ibnu Arabi, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dan Syihabuddin as-Suhrawardi. Setidaknya beberapa nama besar itu menjadi simpul pemikiran Mulla Sadra. Mereka itu adalah Ibnu Sina, as-Suhrawardi, dan Ibnu Arabi.

Mazhab filsafat peripatetic (masysya’i) Ibnu Sina merupakan salah satu mazhab pemikiran yang dianut Mulla Sadra. Ia mengambil pemikiran Ibnu Sina mengenai gerak dan ketergantungan dan Penggerak Pertama Yang Tidak Digerakkan (maksudnya, Tuhan). Selain itu, ia juga menerima pandangan emanasi. Namun demikian, tidak semua pemikiran Ibnu Sina diterimanya dengan bulat. Misalnya, ia menolak pemikiran Ibnu Sina yang berkaitan dengan keabadian dunia dan kemustahilan kebangkitan jasmani. Penolakan terhadap keabadian dunia ia kembalikan pada pandangan semua filsuf kuno dari Hermes ke Thales, Pythagoras, dan Aristoteles yang semuanya dengan bulat mempercayai bahwa dunia itu hadis, karena diciptakan dengan waktu. Tuhan adalah satu-satunya realitas yang abadi dan mendahului eksistensi waktu. Karena itu, waktu dan gerak sebagai bagian dari alam semesta tidak mungkin abadi. Demikian juga, apa yang oleh sufi dikenal dengan a’yan sabitah (wujud-wujud mapan) dan apa yang dikatakan oleh filsuf ‘aql fa’al (intelek aktif) adalah juga tidak abadi (hadis) karena semuanya itu tunduk pada perubahan yang terus-menerus. Jelasnya, yang abadi (qadim) dalam pandangan Mulla Sadra ialah Tuhan sebagai Penggerak Pertama Yang Tidak Digerakkan itu, sedangkan yang lainnya tergantung kepada Tuhan.

Berkaitan dengan pandangan emanasi, Mulla Sadra memadukannya dengan filsafat iluminasi (isyraqi) yang dikembangkan Syekh as-Suhrawardi. Teosofi yang diperkenalkan as-Suhrawardi ini bukan hanya berdasar pada iluminasi, tetapi juga pada filsafat Ibnu Sina.

Pengaruh as-Suhrawardi dan Mulla Sadra antara lain dapat dilihat dari pandangannya tentang keterkaitan antara filsafat kuno dan kebenaran wahyu. Ia sependapat dengan as-Suhrawardi yang memandang kaitan filsafat kuno dengan kebenaran wahyu yang diterima oleh para nabi dan wali sebagai kebenaran yang paling tinggi. Seperti juga as-Suhrawardi, ia percaya pada kesatuan kebenaran yang dialirkan melalui mata rantai yang tidak terputus sejak Nabi Adam AS, dan di antara mata rantai itu ialah orang-orang Yunani, para sufi, dan filsuf.

Selanjutnya, Mulla Sadra mengikuti langkah gurunya, Mir Damad, yang mengintegrasikan pemikiran Ibnu Sina dan as-Suhrawardi ke dalam kerangka ajaran esoteris Syiah. Untuk itu, maka harus dikaitkan dengan dunia irfan (gnostik: suatu bentuk pemahaman yang didasari oleh pengetahuan dan pengenalan). Karena itu, Mulla Sadra berhubungan dengan tasawuf Ibnu Arabi. Hasil dari mempertemukan tiga pemikiran itu (Ibnu Sina, as-Suhrawardi, dan Ibnu Arabi) ialah perubahan mendasar dalam pemikiran tasawuf. Jika pada mulanya para sufi dalam menampilkan pengalaman ruhaninya hanya berdasarkan pada kasyf atau syuhud (intuisi mistis) dan menghindar dari bukti-bukti logis, maka pada Mulla Sadra hal-hal seperti itu memperoleh argumen-argumen rasional filosofis. Memang, apa yang dihasilkan ini sebetulnya merupakan jasa as-Suhrawardi, akan tetapi Mulla Sadra mempunyai andil besar dalam mengembangkannya.

Selain terhadap tiga mazhab di atas, Mulla Sadra menumpukan pemikirannya pada dasar keempat yaitu syariat. Dasar keempat yang disebutnya sebagai hikmah islamiyyah itu, selain Al-Qur’an meliputi pula sabda Rasulullah SAW dan imam-imam Syiah. Tidak terlupakan di sini Nahj al-Balagah karya Ali bin Abi Talib. Keseluruhan pemikiran Mulla Sadra yang bertumpu pada empat dasar itu kemudian dikenal dengan al-Hikmah al-Muta’aliah.


Ket. klik warna biru untuk link

Download 


Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996


Baca Juga
1. Mulla Shadra. Karya Filsafat
2. Mulla Shadra. Pemikiran Filsafat
3. Mulla Shadra. Kebangkitan Jasmani
4. Kunci Filsafat Mulla Shadra
5. Mulla Shadra. Pemikiran Teologis
6. Mulla Shadra. Dasar-Dasar Filsafat Hikmah
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Mulla Sadra. Pemikiran dan Karya"