Plato. Karya-Karya

Karya-Karya Plato
Plato
Otensitas
Kita masih mempunyai semua karya karangan Plato. Sarjana Inggris A. E Taylor mengatakan, Nowhere in later antiquity do we come on any reference to a Platonic work whick do not still possess (Plato, The man and his Work). Akan tetapi, tidak semua karya yang disebut sebagai berasal dari Plato boleh dianggap otentik. Kita mempunyai suatu daftar yang berasal dari tahun-tahun sekitar awal tarikh Masehi dan agaknya disusun oleh dua sarjana Alexandria, yaitu Thrasylos dan Derkylides. Daftar ini menyebut 36 karya Plato (Surat-surat dihitung sebagai satu karya). Kini kebanyakan ahli sepakat dalam mengatakan bahwa dari 36 karya itu enam dialog berikut ini tidak dapat dianggap otentik: Alkibiades II, Hipparkhos, Erastai, Theages, Klitophon, Minos. Otensitas enam karya lain lagi dipersoalkan: Alkibiades I, Ion, Menexenos, Hippias Maior, Epinomis, Surat-surat.

Semua karya itu tidak panjang dan dari sudut filsafat tidak penting juga. Kalau seandainya semua akan dibuktikan tidak otentik, maka pandangan kita tentang Plato sebagai sastrawan dan filusuf tidak berubah banyak. Selain dari Alkibiades II, yang diperkirakan berasal dari masa Stoa, semua karya yang disebut tadi ditulis dalam abad ke-4, agaknya dalam lingkungan Akademia. Tentang karya-karya yang otensitasnya masih merupakan objek diskusi, Taylor condong berpikir bahwa beberapa di antaranya dan barangkali semua betul-betul adalah buah pena Plato. Tentang Hippias Maior dan Menexenos misalnya kita mempunyai data-data yang menyatakan bahwa Aristoteles sudah mengandaikan kedua dialog ini ditulis oleh Plato.

Diskusi mengenai otensitas ketiga belas surat yang dianggap berasal dari Plato, tidak boleh diremehkan, karena surat-surat ini merupakan dokumen-dokumen utama yang kita miliki mengenai riwayat hidup Plato. Sekarang ini kebanyakan sejarawan menerima Surat VI, VII dan VIII sebagai otentik dan justru surat-surat ini memuat informasi terbanyak mengenai Plato. Otensitas Surat I secara umum ditolak dan Surat XII sangat dirugikan. Tidak ada keberatan menerima surat-surat lain sebagai otentik, tetapi surat-surat ini tidak begitu penting sebagai dokumen historis.

Kronologi
Apakah kita dapat menentukan urutan yang diikuti Plato dalam menulis karya-karya yang dianggap otentik? Kiranya jelas, bahwa jawaban atas pertanyaan ini penting sekali untuk mempelajari pemikiran Plato. Kalau kita memang berhasil menentukan suatu urutan kronologis bagi karangan-karangan Plato, maka kemungkinan terbuka juga untuk menyelidiki apakah barangkali terdapat suatu perkembangan dalam pemikiran Plato. Jika urutan kronologis itu tidak dapat dipastikan, maka penyelidikan mengenai perkembangan dalam pemikiran Plato tidak mempunyai dasar yang teguh dan tidak dapat melebihi taraf dugaan saja. Suatu data yang tidak bisa diragukan diragukan ialah bahwa aktivitas Plato sebagai sastrawan meliputi kira-kira 50 tahun. Harus diandaikan bahwa Apologia ditulis tidak lama sesudah kematian Sokrates (tahun 399), ketika ingatan akan sidang pengadilan yang telah menjatuhkan hukuman atas diri sokrates masih segar dalam hati para warga negara Athena. Dan kita mempunyai kesaksian Proklos bahwa dialog Nomoi belum diselesaikan Plato pada saat kematiannya (tahun 348/7). Ini cocok juga dengan kesan yang timbul, bila kita mempelajari karangan ini. Apalagi, ada kesaksian Aristoteles bahwa Nomoi ditulis sesudah Politeia (baik Nomoi maupuan Politeia membahas persoalan yang berkenaan dengan negara). Karena periode antara Apologia dan Nomoi meliputi kurang lebih setengah abad, dapat diperkirakan bahwa anggapan-anggapan Plato pada hari tuanya tidak sama dengan pendirian-pendiriannya 50 tahun sebelumnya. Itulah sebabnya pertanyaan tadi mendesak: bagaimana urutan kronologis karya-karya Plato?

Mulai dengan Firedrich Schleiemacher (1768-1834), banyak sarjana telah mengupayakan suatu pemecahan mengenai masalah kronologi ini. Berbagai metode telah dicoba yang memberikan hasil yang berlain-lainan. Dalam paruh kedua abad ke-19 sarjana Inggris L. Campbell mengusulkan suatu metode yang membawa hasil lebih kurang definitive. Metode ini, yang disempurnakan lagi oleh beberapa sarjana Jerman, antara lain C. Ritter, sudah pernah dinamakan stylometry, karena mereka seakan-akan mengukur gaya bahasa Plato. Dengan menyelidiki secara terperinci gaya bahasa yang dipergunakan dalam dialog-dialog Plato, sarjana-sarjana tersebut telah menentukan bahwa sekelompok dialog (Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi) telah dikarang dalam periode lain daripada dialog-dialog lain. Karena kita tahu bahwa Nomoi merupakan buah pena Plato yang terakhir menjelang kematiannya, kita boleh menarik kesimpulan bahwa keenam dialog ini ditulis Plato dalam periode terakhir hidupnya. Metode yang sama dipakai juga untuk menentukan urutan yang kiranya terdapat pada dialog-dialog lain, tetapi penyelidikan ini tidak membawa hasil yang diterima umum. Dalam pada itu beberapa data lain mengizinkan kita menarik kesimpulan tentang salah satu dialog, misalnya kita tahu bahwa Theaitetos harus ditempatkan tidak lama sesudah tahun 369. Dengan mempergunakan semua data itu kita dapat membagikan dialog-dialog Plato atas tiga periode:
1. Apologia, Kriton, Eutyphron, Lakhes, Kharmides, Lysis, Hippias Minor, Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion. (Beberapa ahli menyangka bahwa salah satu dari dialog-sialog ini sudah ditulis sebelum kematian Sokrates, tetapi kebanyakan berpikir bahwa dialog pertama ditulis tidak lama sesudah kematian Sokrates).


2. Politeia, Phaidros, Parmenides, Theaitetos. (Theaitetos dan Parmenides ditulis tidak lama sebelum perjalanan kedua ke Sisilia, tahun 367).


3. Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi. (Dialog-dialog ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia, ketika urusannya dengan kesulitan-kesulitan politik di Sisilia sudah selesai).

Dalam dekade-dekade terakhir ini karya karangan Plato juga diselidiki dengan mempergunakan computer. Terutama Prof. L. Brandwood dari University of Manchester (Inggris) sangat giat dalam bidang ini. Hasil definitive belum diketahui. Tetapi sudah nyata bahwa diskusi mengenai otensitas Surat VII dihidupkan kembali berdasarkan penyelidikan baru ini. Semua proyek mengenai Plato yang sedang dikerjakan dengan bantuan computer disebut oleh Chr. Wenin, L’informatique au service de la Philosophie, Revue Philosophique de Louvain, 70 (1972), hlm. 192-193.

Jika sarjana-sarjana modern mengutip karya-karya Plato, mereka bisanya menunjukkan halaman bersangkutan dari edisi karya Plato yang diterbitkan oleh H. Stephanus, Paris, 1578. Jika edisi-edisi modern menyebut penomoran halaman dari edisi Stephanus itu.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini


Sumber.

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta

Baca Juga
1. Plato. Biografi
2. Plato. Sifat Khusus
3. Plato. Politeia 
4. Plato. Ajaran tentang Jiwa
5. Plato. Ajaran tentang Ide-Ide
6. Plato. Nomoi
7. Plato. Politikos
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Plato. Karya-Karya"