Pierre Bourdieu. Medan

Medan Pierre Bourdieu
Medan
Pemaduan Agensi dan Struktur  
Medan (field) dipikirkan Bourdieu secara relasional ketimbang secara struktural. Medan adalah suatu jaringan relasi antara pendirian-pendirian objektif yang ada di dalamnya (Bourdieu dan Wacquant, 1992:97). Hubungan itu terpisah dari kesadaran dan kehendak individu. Mereka bukan interaksi-interaksi atau ikatan-ikatan intersubjektif antarindividu. Pemangku posisi mungkin baik agen maupun lembaga-lembaga dan mereka dibatasi oleh struktur medan itu. Ada sejumlah medan semi otonom di dalam dunia sosial (contohnya, pendidikan yang artistik Bourdieu dan Darbel 1969/1990; Fowler, 1997, religius, yang lebih tinggi), semuanya dengan logika spesifik mereka sendiri dan segala yang menghasilkan kepercayaan di kalangan para aktor tentang hal-hal yang berada dalam keadaan bahaya di dalam suatu medan.

Bourdieu melihat medan, menurut definisinya sebagai suatu agen pertempuran: Medan juga adalah suatu medan perjuangan (Bourdieu dan Wacquant, 1992:101). Struktur medan itulah yang menunjang dan menuntun strategi-strategi yang digunakan para pemangku posisi tersebut, secara individual atau kelompok, untuk melindungi atau meningkatkan posisi mereka, dan memaksakan prinsip hierarkisasi yang paling baik bagi produk-produk mereka sendiri (Bourdieu, dikutip dalam Wacquant, 1989:40). Medan adalah suatu tipe pasar terbuka yang kompetitif tempat berbagai jenis modal (ekonomi, budaya, sosial, simbolik) dipergunakan dan disebarkan. Akan tetapi, yang paling penting adalah medan kekuasaan (politik); hierarki hubungan kekuasaan di dalam medan politis membantu menstrukturkan semua medan lainnya.

Bourdieu menjelaskan proses tiga langkah untuk menganalisis suatu medan. Langkah pertama, yang mencerminkan keunggulan medan kekuasaan, ialah melacak hubungan setiap medan spesifik ke medan politis. Langkah kedua ialah memetakan struktur objektif relasi-relasi antar posisi-posisi yang ada di dalam medan itu. Akhirnya, sang analis harus berusaha menentukan hakikat habitus para agen yang menduduki aneka tipe posisi di dalam medan itu.

Posisi berbagai agen di dalam medan itu ditentukan oleh jumlah dan bobot relatif modal yang mereka miliki (Anheier, Gerhards, dan Romo, 1995). Bourdieu bahkan menggunakan penggambaran militer untuk melukiskan medan itu. Dia menyebutnya suatu area penempatan meriam, kubu pertahanan untuk dipertahankan dan direbut dalam suatu medan perjuangan (1984a:244). Modallah yang memungkinkan orang untuk mengendalikan nasibnya sendiri dan nasib orang lain. Bourdieu biasanya mendiskusikan empat tipe modal. Tentu saja ide itu diambil dari lingkungan ekonomi (Guillory, 2000:32), dan makna modal ekonomi jelas. Modal budaya terdiri dari keakraban dengan, dan kemudahan dalam, memanfaatkan bentuk-bentuk budaya yang dilembagakan (misalnya, melalui universitas) yang ada di puncak hierarki budaya masyarakat (DiMaggio, 2005:167). Modal sosial terdiri dari relasi-relasi sosial yang bernilai di antara orang-orang. Modal simbolik berasal dari kehormatan dan gengsi seseorang.

Pemangku posisi di dalam medan menggunakan berbagai strategi. Ide itu menunjukkan sekali lagi bahwa para aktornya Bourdieu setidaknya mempunyai kebebasan tertentu. Akan tetapi, strategi-strategi tidak mengacu kepada pengejaran bertujuan dan sudah direncanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah diperhitungkan... tetapi mengacu kepada penggunaan aktif garis-garis tindakan yang diorientasikan secara objektif yang mematuhi keteraturan dan membentuk pola-pola yang koheren dan dapat dipahami secara sosial, kendati mereka tidak mengikuti aturan-aturan sadar atau ditujukan pada tujuan-tujuan yang sudah direnungkan sebelumnya yang diusulkan oleh seorang ahli strategi (Wacquant, 1992:25). Melalui strategi-strategi para pemangku posisi tersebut berusaha secara individual atau kolektif melindungi atau memperbaiki posisi mereka dan memaksakan prinsip hierarkisasi yang paling menguntungkan bagi produk-produk mereka sendiri. Strategi-strategi para agen tergantung pada posisi-posisi mereka di dalam medan itu (Bourdieu dan Wacquant, 1992:101).

Bourdieu melihat negara sebagai tempat perjuangan untuk memperoleh monopoli yang disebut kekerasan simbolik. Itu adalah bentuk kekerasan yang lembutkekerasan yang dilaksanakan pada seorang agen sosial karena keterlibatannya (Bourdieu dan Wacquant, 1992:167). Kekerasan simbolik dipraktikkan secara tidak langsung, sebagian besar melalui mekanisme-mekanisme budaya, dan berlainan dengan bentuk-bentuk pengendalian sosial yang lebih langsung yang sering menjadi fokus perhatian para sosiolog. Sistem pendidikan adalah lembaga utama untuk mempraktikkan kekerasan simbolik kepada rakyat (Bourdieu dan Passeron, 1970/1990). Bahasa, makna, sistem simbolik orang yang sedang berkuasa dipaksakan kepada anggota populasi lainnya. Hal itu membantu menunjang posisi orang-orang yang sedang berkuasa dengan, antara lain, mengaburkan dari para anggota masyarakat lainnya apa yang sedang mereka lakukan dan membuat pihak yang didominasi menerima kondisi mereka yang terdominasi sebagai hal yang sah (Swartz, 1997:89). Secara lebih umum, Bourdieu (1996) melihat sistem pendidikan tersirat secara mendalam di dalam reproduksi kekuasaan dan relasi-relasi sosial yang sedang berlangsung. Aspek politik karya Bourdieu  terlihat paling jelas di dalam ide-idenya mengenai kekerasan simbolik. Yakni, Bourdieu tertarik pada emansipasi rakyat dari kekerasan itu dan, secara lebih umum, dari dominasi kelas dan politis.

Dalam menggarisbawahi pentingnya habitus maupun medan. Bourdieu menolak perpecahan di antara para individualis metodologis dan holis metodologis dan mengadopsi suatu pendirian yang disebut relasionisme metodologis (Ritzer dan Gindoff, 1992). Yakni, Bourdieu sangat memperhatikan hubungan di antara habitus dan medan. Dia melihat hal tersebut berjalan dengan dua cara. Di satu sisi, medan mengondisikan habitus; di sisi lain, habitus membentuk medan sebagai sesuatu yang bermakna, yang mempunyai pengertian nilai, yakni bernilai untuk investasi energi.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Baca Juga
1. Pierre Bourdieu. Biografi
2. Pierre Bourdieu. Habitus dan Medan
3. Pierre Bourdieu. Habitus
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pierre Bourdieu. Medan"