Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Subjektif

Masyarakat Sebagai Realitas Subjektif Peter L. Berger
Peter L. Berger
Bila para sosiolog naturalistis memberi tekanan pada tertib struktural yang objektif, para sosiolog interpretatif menggugah kesadaran kita terhadap arti penting dunia subjektif manusia. Kita sudah melihat bagaimana Blumer, Goffman dan Garfinkel menekankan bahwa realitas subjektif berada di atas struktur objektif. Walau dalam pembahasan struktur mereka banyak memberikan kesempatan dan usaha-usaha teoretis, Berger memberi tekanan yang sama pada dunia subjektif. Dalam proses pembentukan realitas itu objektivikasi di hanya merupakan salah satu momen. Dua momen lain dalam proses dialektis ini-internalisasi dan eksternalisasi-merupakan usaha mensintesakan kedua perspektif itu.

Melalui proses internalisasi atau sosialisasi inilah orang menjadi anggota suatu masyarakat. Dalam tradisi psikologi sosial, Berger dan Luckman menguraikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi awal yang dialami individu di masa kecil, di saat mana dia diperkenalkan pada dunia sosial objektif. Individu berhadapan dengan orang-orang lain yang cukup berpengaruh (orang tua atau pengganti orang tua), dan bertanggung jawab terhadap sosialisasi anak. Batasan realitas yang berasal dari orang lain yang cukup berpengaruh itu dianggap oleh si anak sebagai realitas objektif.

Karena realitas yang ada tidak mungkin diserap dengan sempurna, maka si anak akan menginternalisir penafsirannya terhadap realitas tersebut. Setiap orang memiliki versi realitas yang dianggapnya sebagai cermin dari dunia objektif. Dengan demikian Berger dan Luckman menekankan eksistensi realitas sosial berganda. Menurut mereka anak yang berasal dari kelas-bawah tetapi dia juga menyerap (dalam warna idiosinkretis) yang diberikan oleh orang tuany". Kelas, suku, agama dan variabel-variabel lainnya dapat bertindak sebagai indikator realitas objektif, tetapi dari setiap kelompok tidak mungkin terdapat dua individu yang disosialisir dengan cara yang persis sama. Bisa saja terdapat berbagai tingkat persamaan di antara anak yang berasal dari satu kelas umpama teman sepermainan yang merupakan tetangganya, akan tetapi bagaimanapun perbedaannya pasti ada.

Walau terdapat hubungan simetris antara realitas subjektif dan objektif, kedua realitas tersebut tidak identik. Apa yang riil di bagian luar sesuai dengan yang riil di bagian dalam, Berger dan Luckman menyatakan; realitas objektif dapat langsung di-terjemahkan ke dalam realitas subjektif, dan begitu pula sebaliknya. Menurut mereka realitas subjektif dan objektif memang bersesuaian satu sama lain, tetapi selalu ada realitas yang lebih objektif yang dapat diinternalisir oleh seorang individu saja. Sosialisasi tidak pernah merupakan proses yang lengkap. Ada aspek-aspek realitas subjektif yang tidak dilahirkan dalam sosialisasi, persis seperti halnya aspek-aspek realitas objektif yang belum diinternalisasi. Selanjutnya Berger dan Luckman menyatakan, karena sosialisasi tak pernah komplit, selalu ada tantangan untuk memelihara realitas, khususnya kebutuhan untuk mengawal hubungan simteris antara realitas subjektif dan objektif.

Eksternalisasi merupakan proses di mana semua manusia yang mengalami sosialisasi yang tidak sempurna itu secara bersama-sama membentuk suatu realitas baru. Lewat karya-karyanya Berger menegaskan bahwa perubahan demikian berjalan lambat tetapi pasti. Banyak artikel populer Berger yang dimuat dalam berbagai jurnal dan majalah bersangkutan dengan apa yang disebutnya sebagai tema modernitas, yang merupakan inti tesis sosiologisnya dan dapat dipakai untuk menunjukkan proses eksternalisasi.

Modernitas mengacu pada transformasi dunia yang disebabkan oleh inovasi-inovasi teknologis beberapa negara, dengan dimensi-dimensi ekonomi, sosial dan politiknya. Modernitas juga membawa perubahan yang revolusioner pada derajat kesadaran manusia, khususnya pada nilai-nilai, kepercayaan, dan bahkan jaringan emosional kehidupan. Proses internalisasi dunia sosial yang lamban itu menjadi makin sulit dan kurang diinginkan, karena realitas-realitas baru yang saling berkaitan dengan perubahan-perubahan teknologis modern mulai diinternalisir atau dibentuk.

Ilustrasi yang sederhana mungkin dapat menjelaskan proses internalisasi dan eksternalisasi yang sangat abstrak. Di seluruh dunia pola perkawinan dan pertunangan sedang mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan modernisasi. Dalam masyarakat industri terlihat besarnya penurunan anggota keluarga, hilangnya sistem perjodohan, masing-masing pasangan memilih tempat tinggal terpisah dari lingkungan orang tua, emansipasi wanita, dan perubahan norma-norma pra-industri yang mengatur tata cara perceraian. Semua perubahan dalam norma-norma struktural ini secara perlahan mengarahkan lembaga perkawinan, di mana para anggota masyarakat bersama-sama membentuk batasan-batasan realitas sosial yang baru. Dalam memilih salah satu perubahan norma-norma yang mengatur keluarga (misalnya penurunan ukuran keluarga akibat adanya praktek kontrasepsi), kita dapat mengilustrasikan proses dialektis mengenai objektivikasi, internalisasi dan eksternalisasi. 


Disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi, paling tidak selama 150 tahun; tingkat kelahiran di Amerika telah menurun. Misalnya, di tahun 1800-an tingkat kelahiran pernah mencapai tiga atau empat kali lipat seperti yang terjadi tahun 1930. Sementara itu terdapat norma-norma yang kuat menentang pembatasan kelahiran di awal abad kedua puluh, seperti hambatan-hambatan yang dialami promotor keluarga berencana, Ny. Margaret Sanger. Menurunnya tingkat kelahiran di masa itu dibuktikan oleh meluasnya praktek abortus di Amerika, walaupun ada sanksi hukum atau gereja terhadap praktek yang demikian. Dengan penurunan jumlah anak per keluarga dan peningkatan penggunaan teknik-teknik kontrasepsi yang efektif, internalisasi norma-norma yang objektif berjalan jauh dari sempurna, sehingga memungkinkan rekonstruksi realitas mendesak pertanggungjawaban orang tua.

Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Sumber.
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada


Baca Juga
1. Peter L. Berger. Biografi
2. Peter L. Berger. Refleksi Atas Interaksi Kesadaran dan Struktur dalam Modernisasi
3. Peter L. Berger. Momen Eksternalisasi, Munculnya Kesadaran Modern dan Aspek-Aspeknya
4. Peter L. Berger. Momen Objektivasi, Pranata-Pranata Modern
5. Peter L. Berger. The Sacred Canopy
6. Peter L. Berger. Pembentukan Realitas Secara Sosial
7. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial
8. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Objektif 
9. Peter L. Berger. Modernisasi Sebagai Pembangunan Alam Artifisial
10. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial dan Legitimasinya
11. Peter L. Berger. Momen Internalisasi yang Susah Payah
12. Peter L. Berger. Perkawinan
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Mirror On The Wall. Gambaran Realitas Sosial yang Terdistorsi
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Subjektif"