George Herbert Mead. Konsep Diri (Self)

Konsep Diri atau Self George Herbert Mead
George Herbert Mead
Mind, Self and Society, George Herbert Mead
Banyak pemikiran Mead secara umum, dan khususnya mengenai pikiran, melibatkan ide-idenya mengenai konsep diri yang sangat penting (Schwalbe, 2005), pada dasarnya kemampuan untuk menjadikan diri sendiri sebagai objek; diri adalah kemampuan khas untuk menjadi subjek dan objek. Seperti yang berlaku pada semua konsep utama Mead, diri mengandaikan suatu proses sosial: komunikasi di antara manusia. Hewan-hewan yang lebih rendah tidak mempunyai diri, begitu juga bayi manusia pada saat lahir. Diri muncul seiring dengan perkembangan dan melalui kegiatan dan hubungan-hubungan sosial. Bagi Mead, mustahillah untuk membayangkan suatu diri yang muncul di dalam absensi pengalaman-pengalaman sosial. Akan tetapi, ketika diri telah berkembang, mungkin lah baginya untuk berkesinambungan tanpa kontak sosial. Oleh karena itu, Robinson Crusoe mengembangkan diri selagi berada di dalam peradaban, dan terus mempunyai diri ketika dia sedang hidup sendirian yang dianggapnya untuk sementara di sebuah pulau yang tidak berpenghuni. Dengan kata lain, dia terus mempunyai kemampuan membuat dirinya sebagai suatu objek. Ketika diri dikembangkan, orang biasanya, tetapi tidak selalu, mewujudkannya. Contohnya, diri tidak terlibat di dalam tindakan-tindakan kebiasaan atau di dalam pengalaman-pengalaman fisiologis seketika akan kesenangan dan kesakitan.

Diri secara dialektis berhubungan dengan pikiran. Yakni, di satu sisi, Mead menyatakan bahwa tubuh bukan suatu diri dan menjadi suatu diri hanya bila pikiran telah berkembang. Di sisi lain, diri bersama dengan kerefleksifannya, esensial bagi perkembangan pikiran. Tentu saja, mustahil memisahkan pikiran dan diri, karena diri adalah suatu proses mental. Akan tetapi, meskipun kita dapat memikirkannya sebagai suatu proses mental, diri adalah suatu proses sosial. Di dalam diskusinya mengenai diri, seperti yang telah kita lihat berkenaan dengan semua fenomena mental lainnya, Mead melawan ide meletakan diri di dalam kesadaran dan sebagai gantinya dia melekatkannya di dalam pengalaman sosial dan proses sosial. Dengan cara demikian, Mead berusaha memberi arti behavioristik kepada diri: Tetapi pada saat seseorang benar-benar merespons hal yang dia tunjukan pada orang lain dan ketika responsnya sendiri menjadi bagian dari kelakuannya, dia tidak hanya mendengar dirinya sendiri, tetapi merespons dirinya sendiri, berbicara kepada dan menjawab dirinya sendiri persis sebagaimana orang lain menjawabnya, di situlah kita mempunyai perilaku ketika para individu menjadi objek bagi dirinya sendiri (1934/1962:139). Lalu, diri hanya lah aspek lain dari keseluruhan proses sosial di mana individu adalah suatu bagiannya.

Mekanisme umum bagi perkembangan diri adalah refleksivitas, atau kemampuan meletakkan diri kita secara tidak sadar ke tempat orang lain dan bertindak seperti merek bertindak. Hasilnya, orang mampu memeriksa dirinya seperti yang akan dilakukan orang lain. Seperti dikatakan Mead: Melalui refleksivitaslah—gerak-kembali pengalaman individu kepada dirinya sendiri—seluruh proses sosial kemudian dimasukan ke dalam pengalaman para individu yang terlibat di dalamnya; dengan cara seperti itulah, yang memampukan individu mengambil sikap orang lain terhadap dirinya sendiri, individu itu mampu menyesuaikan diri secara sadar dengan proses itu, dan memodifikasi proses yang dihasilkan di dalam suatu tindakan sosial tertentu agar ia dapat menyesuaikan diri padanya (Mead, 1934/1962:134). Diri juga memungkinkan orang mengambil bagian di dalam percakapannya dengan orang lain. Yakni, seseorang sadar atas apa yang sedang dikatakannya dan hasilnya dia mampu memantau apa yang sedang dikatakan dan menentukan apa yang akan dia katakan selanjutnya.

Agar dapat mempunyai diri, para individu harus mampu keluar dari dirinya sehingga dapat mengevaluasi diri, sehingga dapat menjadi objek bagi diri sendiri. Untuk melakukan hal itu, pada dasarnya orang menempatkan dirinya di dalam medan eksperiensial yang sama sebagaimana mereka menempatkan setiap orang lainnya. Setiap orang adalah bagian penting dari situasi eksperiensial itu, dan orang harus memperhitungkan dirinya jika mereka ingin mampu bertindak secara rasional di dalam suatu situasi tertentu. Setelah melakukan hal itu, mereka berusaha memeriksa dirinya secara impersonal, secara objektif, dan tanpa emosi.

Akan tetapi, orang tidak dapat mengalami dirinya sendiri secara langsung. Mereka dapat melakukannya hanya dengan menempatkan diri secara tidak langsung di dalam posisi orang lain dan memandang diri dari sudut pandang itu. Sudut pandang yang darinya seseorang memandang dirinya sendiri dapat berupa sudut pandang seorang individu khusus atau sudut pandang kelompok sosial sebagai suatu keseluruhan. Seperti dinyatakan Mead, yang paling umum, Hanya dengan mengambil peran orang lain kita mampu kembali ke diri kita sendiri (1959:184-185).


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Lihat Juga
Konsep Diri (Self) George Herbert Mead (Youtube Channel. https://youtu.be/IhJAA_lcFA8 ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah...

Baca Juga
1. George Herbert Mead. Biografi
2. George Herbert Mead. Tahap Generalized Other
3. George Herbert Mead. Tahap Perkembangan Anak 
4. George Herbert Mead. Simbol-simbol Signifikan
5. George Herbert Mead. Konsep Pikiran (Mind)
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "George Herbert Mead. Konsep Diri (Self)"