Georg Simmel. Kebudayaan Objektif

Kebudayaan Objektif Georg Simmel
Kebudayaan Objektif
Salah satu dari fokus-fokus utama sosiologi historis dan filosofis Simmel adalah level budaya realitas sosial, atau apa yang disebut kebudayaan objektif. Di dalam pandangan Simmel, manusia menghasilkan kebudayaan, tetapi karena kemampuannya untuk mereifikasi realitas sosial, dunia budaya dan dunia sosial akhirnya mempunyai kehidupannya sendiri, kehidupan yang semakin mendominasi para aktor yang menciptakannya, dan terus menciptakannya setiap hari. Objek-objek budaya menjadi semakin terkait satu sama lain di dalam dunia yang lengkap yang kian sedikit berhubungan dengan jiwa subjektif (individual) dan keinginan-keinginan serta kepekaan-kepekaannya (Coser, 1965:22). Meskipun orang-orang selalu mempertahankan kemampuan untuk terus-menerus menciptakan kebudayaan, tren sejarah jangka panjang ialah kebudayaan akan semakin menjalankan kekuatan memaksa kepada sang aktor.

Dominasi kebudayaan objektif atas kebudayaan subjektif [individual] yang berkembang selama abad kesembilan belas... pertentangan itu tampak terus meluas. Setiap hari dan dari setiap sisi, kekayaan kebudayaan objektif bertambah, tetapi pikiran individual dapat memperkaya bentuk-bentuk itu dan isi perkembangannya sendiri dengan menjauhkan diri lebih jauh lagi dari kebudayaan itu dan mengembangkan kebudayaannya sendiri dengan kecepatan yang jauh lebih rendah (Simmel, 1907/1978:449).

Di berbagai tempat di dalam karyanya, Simmel mengenali sejumlah komponen kebudayaan objektif, misalnya, peralatan, alat-alat transportasi, produk-produk ilmu, teknologi, seni, bahasa, lingkungan intelektual, kebijaksanaan konvensional, dogma religius, sistem-sistem filosofis, sistem-sistem legal, dan cita-cita (contohnya, tanah air). Kebudayaan objektif bertumbuh dan membentang dalam berbagai cara. Pertama, ukuran absolutnya bertumbuh seiring dengan peningkatan modernisasi. Hal itu dapat dilihat paling jelas di dalam kasus pengetahuan ilmiah, yang membentang secara eksponensial, meskipun hal itu hanya berlaku pada sebagian besar aspek-aspek lain dari ranah budaya. Kedua, jumlah komponen-komponen ranah budaya yang berbeda juga bertambah. Akhirnya, dan mungkin yang paling penting, berbagai unsur dunia budaya menjadi semakin berkelindan di dalam suatu dunia yang semakin berkuasa dan menyatu yang kian berada di luar kendali para aktor (Oakes, 1984:12). Simmel tidak hanya tertarik dalam melukiskan pertumbuhan kebudayaan objektif, tetapi juga sangat terganggu olehnya: Simmel terkesan—atau bahkan tertekan oleh jumlah dan varietas produk-produk manusia yang membingungkan di dunia kontemporer yang mengepung dan semakin berbenturan dengan individu (Weingarther, 1959:33).

Apa yang paling mencemaskan Simmel adalah ancaman terhadap kebudayaan individu yang diajukan oleh pertumbuhan kebudayaan objektif. Simpati pribadi Simmel adalah pada dunia yang didominasi oleh kebudayaan individu, tetapi dia melihat peluang terwujudnya dunia seperti itu semakin mustahil. Inilah yang dilukiskan Simmel sebagai tragedi kebudayaan. Analisis spesifik Simmel atas pertumbuhan kebudayaan objektif yang melampaui kebudayaan subjektif individu hanyalah satu contoh dari suatu prinsip umum yang mendominasi semua kehidupan: Nilai total sesuatu bertambah sejajar dengan merosotnya nilai bagian-bagian individualnya (1907/1978: 199).

Kita dapat menghubungkan argumen umum Simmel tentang kebudayaan objektif dengan analisisnya yang lebih mendasar atas bentuk-bentuk interaksi. Di dalam salah satu esainya yang paling terkenal, Metropolis dan Kehidupan Mental (1903/1971), Simmel menganalisis bentuk-bentuk interaksi yang terjadi di dalam kota modern (Vidler, 1991). Dia melihat metropolis modern sebagai arena sejati pertumbuhan kebudayaan objektif dan kemunduran kebudayaan individual. Hal itu adalah pemandangan dominasi ekonomi uang, dan uang, seperti yang sering dibuat jelas oleh Simmel, mempunyai efek yang mendalam pada hubungan-hubungan manusia. Meluasnya penggunaan uang menghasilkan penekanan pada kalkulabilitas dan rasionalitas di dalam semua lingkungan kehidupan. Oleh karena itu, hubungan-hubungan manusia yang sejati mundur, dan hubungan-hubungan sosial cenderung didominasi oleh sikap bosan dan pendiam. Sementara kota-kota kecil dicirikan oleh perasaan dan emosionalitas yang lebih besar, kota modern dicirikan oleh intelektualitas yang dangkal dan cocok dengan kalkulabilitas yang dibutuhkan oleh ekonomi uang. Kota juga adalah pusat pembagian kerja, dan seperti yang telah kita lihat, spesialisasi memainkan suatu peran sentral di dalam menghasilkan suatu kebudayaan objektif yang terus meluas, disertai kemunduran yang sejajar di bidang kebudayaan individual. Kota adalah suatu penyamarataan yang menakutkan, tempat hampir setiap orang disusutkan untuk menekankan kalkulabilitas yang tidak berperasaan. Individualitas semakin sulit untuk dipertahankan berhadapan dengan perluasan kebudayaan objektif (Lohmann dan Wilkes, 1996).

Harus ditunjukkan bahwa di dalam esainya mengenai kota (dan juga di banyak tempat lain di dalam karyanya, dia juga mendiskusikan efek membebaskan dari perkembangan modern tersebut. Contohnya, dia menekankan fakta bahwa orang lebih bebas di dalam kota modern daripada di dalam batas-batas sosial yang ketat di kota kecil. Masih banyak lagi yang dikatakan tentang pemikiran-pemikiran Simmel mengenai dampak modernitas yang membebaskan pada penghujung seksi selanjutnya, yang dicurahkan kepada buku Simmel The Philosophy of Money.

Pertama, perlu ditunjukkan bahwa salah satu dari banyak ironi pengaruh Simmel pada perkembangan sosiologi adalah bahwa karya mikro-analitiknya digunakan, tetapi implikasi-implikasinya yang lebih luas diabaikan nyaris secara total. Contohnya, karya Simmel mengenai hubungan-hubungan pertukaran. Dia melihat pertukaran sebagai jenis interaksi paling murni dan paling maju (Simmel, 1907/1978:82). Meskipun semua bentuk interaksi meliputi suatu pengorbanan, hal itu terjadi secara paling jelas di dalam hubungan-hubungan pertukaran.

Pemikiran Simmel atas seluruh pertukaran sosial mencakup keuntungan dan kerugian. Orientasi demikian sangat penting bagi karya mikrososiologis Simmel, dan secara spesifik, bagi pengembangan teori pertukarannya yang sebagian besar berorientasi mikro. Akan tetapi, pemikiran-pemikirannya mengenai pertukaran juga diungkapkan di dalam karyanya yang lebih luas mengenai uang. Bagi Simmel, uang adalah bentuk pertukaran paling murni. Kontras dengan ekonomi barter, yaitu siklus berakhir ketika satu barang telah dipertukarkan untuk barang lain, ekonomi yang didasarkan pada uang mengizinkan serangkaian pertukaran yang tidak berakhir. Kemungkinan itu sangat penting bagi Simmel karena memberikan dasar untuk perkembangan struktur-struktur sosial dan kebudayaan objektif yang tersebar luas. Akibatnya, uang sebagai bentuk pertukaran bagi Simmel, menggambarkan salah satu sebab akar pengasingan manusia di dalam suatu struktur sosial modern yang direifikasi.

Di dalam pembahasannya mengenai kota dan pertukaran, orang dapat melihat keelokan pemikiran Simmel ketika dia menghubungkan bentuk-bentuk pertukaran sosiologis berskala kecil dengan perkembangan masyarakat modern dalam totalitasnya. Meskipun hubungan itu dapat ditemukan di dalam esainya yang spesifik (khususnya Simmel, 1991), hal itu paling jelas di dalam The Philosophy of Money.


Ket. klik warna biru untuk link
 
Download di Sini


Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Lihat Juga
Kebudayaan Subjektif dan Kebudayaan Objektif Georg Simmel (Youtube Channel. https://youtu.be/HKnhN3HvOwk ) Jangan lupa like, komen, share, dan subscribe yah...

Baca Juga
1. Georg Simmel. Biografi
2. Georg Simmel. Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Interaksi Sosial
3. Georg Simmel. Geometri Sosial
4. Georg Simmel. Kerahasiaan; Sebuah Geometri Sosial
5. Georg Simmel. The Philosphy of Money
6. Georg Simmel. Level-Level dan Wilayah-Wilayah Perhatian
7. Georg Simmel. Pemikiran Dialektis
8. Georg Simmel. Bentuk-Bentuk Sosial; Superordinasi dan Subordinasi
9. Georg Simmel. Fesyen
10. Georg Simmel. Kebudayaan Individual (Subjektif) dan Kebudayaan Objektif
11. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
12. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Formal
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Georg Simmel. Kebudayaan Objektif"