Fungsionalisme Struktural

Studi struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer. Pendekatan ini memiliki asal-usul sosiologi dalam karya penemunya, yaitu Auguste Comte. Menurut Comte, sosiologi adalah studi tentang strata sosial (struktur) dan dinamika sosial (proses/fungsi). Di dalam membahas struktur masyarakat, Comte menerima premis bahwa masyarakat adalah laksana organisme hidup, akan tetapi ia tidak benar-benar berusaha untuk mengembangkan tesis ini. Adalah Herbert Spencer, seorang ahli sosiologi Inggris dari pertengahan abad ke-19, yang membahas berbagai perbedaan dan kesamaan yang khusus antara sistem biologis dan sistem sosial. Pembahasan Spencer tentang masyarakat sebagai suatu organisme hidup dapat diringkas dalam butir-butir berikut ini:
1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan

2. Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya, maka struktur tubuh-sosial (social body) maupun tubuh organisme hidup (living body) itu mengalami pertambahan pula; di mana semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-bagiannya, seperti halnya dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi semakin besar. Binatang yang lebih kecil, misalnya bagian yang dapat dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna, misalnya manusia.

3. Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu: mereka tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan tugas yang berbeda pula. Pada manusia, hati memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dengan paru-paru; demikian juga dengan keluarga sebagai struktur institusional memiliki tujuan yang berbeda dengan sistem politik dan ekonomi

4. Baik di dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian-bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan. Perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan demokratis ke suatu pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya. Bagian-bagian itu saling berkaitan satu sama lain.

5. Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur mikro yang dapat dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem peredaran atau sistem pembuangan merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan medis, seperti halnya sistem politik atau sistem ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.

Dengan hati-hati Spencer menegaskan bahwa apa yang diketengahkannya itu hanya lah merupakan sebuah model atau analogi yang seharusnya tidak diterima begitu saja. Masyarakat tidak benar-benar mirip dengan organisme hidup; di antara kedua hal itu terdapat sebuah perbedaan yang sangat penting. Di dalam sistem organisme, bagian-bagian tersebut saling terkait dalam suatu hubungan yang intim; sedang dalam sistem-sosial hubungan yang sangat dekat seperti itu tidak begitu jelas terlihat, dengan bagian-bagian yang kadang-kadang sangat terpisah. Asumsi dasar sosiologi dari pemikiran kaum fungsionalis bermula dari Comte dan dilanjutkan dalam karya Spencer, ialah bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain.

Lahirnya fungsionalisme struktural sebagai suatu perspektif yang berbeda dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat karya-karya klasik seorang ahli sosiolog Prancis, yaitu Emile Durkheim. Masyarakat modern dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan organis yang memiliki realitas sendiri. Keseluruhan tersebut memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng. Bilamana kebutuhan tertentu tadi tidak terpenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis. Sebagai contoh dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Bilamana kehidupan ekonomi mengalami fluktuasi yang keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem itu dan akhirnya sistem sebagai keseluruhan. Suatu depresi yang parah dapat menghancurkan sistem politik, mengubah sistem keluarga dan menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan. Pukulan yang demikian terhadap sistem dilihat sebagai suatu keadaan patologis, yang pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya sehingga keadaan normal kembali dapat dipertahankan. Para fungsionalis kontemporer menyebut keadaan normal sebagai equilibrium, atau sebagai suatu sistem yang seimbang, sedangkan keadaan patologis menunjuk pada ketidakseimbangan atau perubahan sosial.

Fungsionalisme Durkheim ini tetap bertahan dan dikembangkan lagi oleh dua orang ahli antropologi abad ke-20, yaitu Bronislaw Malinowski dan A. R. Radcliffe-Brown. Bworn dan Malinowski dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat sebagai organisme hidup, dan keduanya menyumbangkan buah pikiran mereka tentang hakikat, analisa fungsional yang dibangun di atas model organis. Di dalam batasannya tentang beberapa konsep dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman Radcliffe-Brown mengenai fungsionalisme struktural merupakan dasar bagi analisa fungsional kontemporer: Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yang dimainkan dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan, karena itu, merupakan sumbangan yang diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan struktural.

Jasa Malinowski terhadap fungsionalisme, walau dalam beberapa hal berbeda dari Brown, mendukung konsepsi dasar fungsionalisme di atas. Para ahli antropologi menganalisa kebudayaan dengan melihat pada fakta-fakta antropologis dan bagian yang dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam sistem kebudayaan.

Walaupun menjelang akhir abad itu Durkheim adalah seorang ahli sosiologi yang berpengaruh di Eropa, akan tetapi karya-karyanya tidak langsung memiliki pengaruh besar atas pertumbuhan sosiologi Amerika. Sosiologi di Amerika Serikat pada masa Durkheim aktif di Prancis, sangat berorientasi pada tindakan dan pembaharuan (reform and action oriented), yang akrab dengan pekerjaan sosial dan tugas-tugas pemerintahan. Ketika ia berkembang sebagai disiplin akademis, sosiologi Amerika mengikuti behaviorisme sosial, dengan mencoba menggabungkan studi tentang realitas subjektif dan objektif. Gabungan sosiologi dan psikologi ini bukanlah merupakan tradisi Durkheim, yang dalam karya intelektualnya mencoba menunjukkan kebutuhan akan sosiologi—sebagai kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh psikologi. Baru sesudah tahun 1930-an Durkheim mulai memiliki pengaruhnya yang langsung atas pertumbuhan sosiologi di Amerika Serikat. Hal tersebut terutama terjadi melalui usaha Parson, yang dipengaruhi oleh studinya sendiri bersama ahli antropologi fungsional Malinowski. Pada gilirannya Parsons mempengaruhi sejumlah besar mahasiswa (termasuk Robert K. Merton yang akan kita bahas pada postingan berikutnya), banyak diantaranya kemudian menjadi ahli-ahli sosiologi terkemuka di Amerika Serikat.

Dalam membahas sejarah fungsionalisme struktural, Alvin Gouldner mengingatkan pembaca-pembacanya akan lingkungan di mana fungsionalisme aliran Parsons berkembang. Walaupun kala itu adalah merupakan masa kegoncangan ekonomi di dalam maupun di luar negeri sebagai akibat dari Depresi Besar, teori fungsionalime Parsons mengungkapkan suatu keyakinan akan perubahan dan kelangsungan sistem. Pada saat-saat depresi kala itu, teorinya merupakan teori sosial yang optimistis. Akan tetapi agaknya optimisme Parsons itu diperkuat oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan kembalinya masa kemewahan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka yang hidup dalam sistem yang kelihatannya galau dan kemudian diikuti oleh pergantian dan perkembangan lebih lanjut maka optimisme teori Parsons dianggap benar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Goludner (1970:142):untuk melihat masyarakat sebagai sebuah firma, yang dengan jelas memiliki batas-batas strukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal kehidupan sehari-hari yang sama-sama kita miliki.

Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-struktur sosial sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung. Coser dan Rosenberg (1976;490) melihat bahwa kaum fungsionalisme struktural berbeda satu sama di dalam mendefinisikan konsep-konsep sosiologi mereka. Sekalipun demikian adalah mungkin untuk memperoleh suatu batasan dari dua konsep kunci berdasarkan atas kebiasaan sosiologi standar. Struktur menunjuk pada seperangkat unit-unit sosial yang relatif stabil dan berpola, atau suatu sistem dengan pola-pola yang relatif abadi. Lembaga-lembaga sosial seperti keluarga agama atau pemerintahan, adalah contoh dari struktur atau sistem sosial yang demikian. Masing-masing merupakan bagian yang saling bergantung (norma-norma mengatur status dan peranan) menurut beberapa pola tertentu. Coser dan Rosenberg membatasi fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi dari setiap kegiatan sosial yang tertuju pada adaptasi atau penyesuaian suatu struktur tertentu dari bagian-bagian komponennya. Dengan demikian fungsi menunjuk kepada proses dinamis yang terjadi di dalam struktur. Hal ini melahirkan masalah tentang bagaimana berbagai norma sosial yang mengatur status-status, ini memungkinkan status-status tersebut saling berhubungan satu sama lain dan berhubungan dengan sistem yang lebih luas.

Selama beberapa dasawarsa, fungsionalisme struktural telah berkuasa sebagai suatu paradigma atau model teoretis yang dominan di dalam Sosiologi Amerika Kontemporer. Di tahun 1959 Kingsley Davis, di dalam pidato kepemimpinannya di hadapan anggota American Sosiological Association bahkan melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa fungsionalisme struktural sudah tidak dapat lagi dipisahkan dari sosiologi itu sendiri. Tetapi dalam sepuluh tahun terakhir ini teori fungsionalisme struktural itu semakin banyak mendapat serangan sehingga memaksa para pendukungnya untuk mempertimbangkan kembali pernyataan mereka tentang potensi teori tersebut sebagai teori pemersatu dalam sosiologi.

Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas teori-teori fungsionalisme, adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih terbatas pada perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis, ia juga mengakui bahwa fungsionalisme struktural mungkin tidak akan mampu mengatasi seluruh masalah sosial (Merton 1975:25). Pada saat yang sama Merton tetap sebagai pelindung setia dari analisa fungsional, yang dinyatakannya mampu melahirkan suatu masalah yang saya anggap menarik dan cara berpikir yang saya anggap lebih efektif dibanding dengan cara berpikir lain yang pernah saya temukan. Di dalam kata-kata Coser dan Rosenberg model fungsionalisme struktural Merton ini adalah merupakan pernyataan yang paling canggih dari pendekatan fungsionalisme yang tersedia dewasa ini.


Download di Sini


Ket. klik warna biru untuk link

Sumber.
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada


Lihat Juga
Teori Fungsionalisme Struktural (Youtube Channel. https://youtu.be/TOt5IXbZiA8 ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah...
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Fungsionalisme Struktural "