Demokritos. Ajaran Mengenai Manusia

Ajaran Demokritos mengenai manusia meneruskan prinsip-prinsip atomisme yang diuraikan di atas. Jiwa juga terdiri dari atom-atom, yaitu atom-atom bundar yang tidak mengait atom-atom lain dan dengan gampang masuk antara semua atom lain.
Ajaran Mengenai Manusia Demokritos
Demokritos
Atas dasar atomisme, Demokritos menyodorkan suatu teori tentang pengenalan inderawi. Tiap-tiap benda mengeluarkan gambaran-gambaran kecil (eidola) yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti benda itu. Gambaran-gambaran ini masuk panca indera dan dengan demikian disalurkan ke arah jiwa yang juga terdiri dari atom-atom. Kita melihat, misalnya, karena atom-atom dari gambaran-gambaran itu bersentuh dengan atom-atom jiwa. Karenanya, menurut Demokritos, bukan saja peraba yang bekerja berdasarkan kontak langsung, melainkan juga semua macam pengenalan inderawi lainnya dilakukan dengan cara itu.

Dengan teori mengenai pengenalan inderawi ini Demokritos berhasil mengartikan cara manusia mengamati kualitas-kualitas. Kita sudah mendengar bahwa atom-atom tidak mempunyai kualitas mana pun juga, seperti misalnya manis, pahit, panas, warna, dan seterusnya. Ciri-cirinya semua bersifat kuantitatif belaka (menyangkut bentuk dan besarnya saja). Tetapi kontak atom-atom tertentu dengan atom-atom jiwa mengakibatkan kita mengamati kualitas-kualitas. Kita merasa manis, karena jiwa bersentuh dengan atom-atom yang licin, Kita merasa pahit, karena jiwa bersentuh dengan atom-atom yang kesat. Kita merasa panas, karena atom-atom dalam air kita raba dengan tangan, bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian semua kualitas dapat diartikan atas dasar kejadian-kejadian yang bersifat kuantitatif saja. Itulah sebabnya kualitas-kualitas sebenarnya hanya terdapat pada si subjek saja. Atau dengan kata lain, kualitas-kualitas bersifat subjektif, biarpun diakibatkan oleh sesuatu yang objektif, yaitu atom-atom. Dalam benda-benda sendiri tidak ada warna atau kualitas lain. Dalam realitas objektif tidak ada sesuatu yang lain daripada atom-atom dan ruang. Jadi, teori Demokritos ini sebagian besar sama dengan teori mengenai secundary qualities yang diajukan oleh filsuf Inggris John Locke pada abad ke-17 berdasarkan prinsip-prinsip Descartes.

Sesudah uraian di atas, kiranya sudah jelas bahwa Demokritos membedakan pengenalan inderawi dengan pengenalan rasional. Pengenalan inderawi itu tidak benar, karena tidak memberitahukan kepada kita bagaimana keadaan kenyataan itu sendiri. Panca indera tidak mampu mengamati atom-atom. Pengenalan rasional memperkenalkan kita dengan kenyataan yang sebenarnya. Karenanya Demokritos dekat dengan Parmenides yang mengatakan pula bahwa panca indera tidak dapat dipercaya dan bahwa manusia harus memihak pada rasio. Akan tetapi, di sini Demokritos menghadapi kesulitan-kesulitan yang tidak kecil. Karena, jiwa juga terdiri dari atom-atom dan akibatnya segala macam pengenalan berlangsung berdasarkan atom-atom. Dalam teori Demokritos sebetulnya tidak pada tempatnya membedakan pengenalan inderawi dengan pengenalan rasional. Dalam anggapan Demokritos tiap-tiap macam pengenalan tidak lain daripada suatu proses jasmani saja, Rupa-rupanya Demokritos sendiri menyadari kesulitan ini, karena dalam fragmen 125 panca indera menyapa rasio sebagai berikut, Hai rasio malang! Engkau menyanggah kami (panca indera) dengan argumen-argumen yang berasal dari kami sendiri. Dengan menyanggah kami engkau sendiri akan jatuh juga.

Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa ajaran atomisme ini tersusun secara konsekuen sekali. Seluruh realitas direduksi menjadi unsur-unsur kuantitatif saja, yakni atom-atom. Para atomis melukiskan dunia sebagai suatu sistem mekanistis, di mana hanya gerak ditambahkan pada materi kuantitatif. Dengan demikian mereka memelopori ilmu pengetahuan alam yang modern. Tidak mengherankan bahwa pada saat ilmu pengetahuan alam modern mulai berkembang, para filsuf menaruh perhatian khusus kepada teori atomisme dari zaman kuno. Demikianlah filsuf Prancis dari abad ke-17 yang bernama Pierre Gassendi dan sebagian juga Rene Descartes.

Di sini kita dapat mengajukan pertanyaan, yang lebih dulu sudah diajukan pula mengenai filsuf prasokratik lainnya: apakah atomisme ini boleh disebut suatu materialisme? Rupanya kita mesti menjawab bahwa sistem Leukippos dan Demokritos ini memang harus dianggap sebagai materialisme. Dengan sengaja mereka menyamakan realitas seluruhnya dengan unsur-unsur materi saja. Tidak ada tempat lagi untuk sesuatu yang tidak bersifat materiil. Dari sebab itu atomisme boleh dianggap sebagai prototipe bagi semua sistem materialistis dan mekanistis yang akan timbul dalam sejarah filsafat nanti.


Ket. klik warna biru untuk link
 

Download di Sini

Sumber.

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta

Baca Juga
1. Demokritos. Biografi
2. Demokritos. Etika
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Demokritos. Ajaran Mengenai Manusia"